Di malam ke-22 ini, saat membaca pesan beliau yang telah lama terlupa ini, hati saya seolah dibebani batu besar.
Allah...�
Berapa banyak yang berada pada jalan dakwah ini?
Berapa banyak yang berlari menyosong pintu keluar dari jalan dakwah ini?
Sedang tiap ada yang berlari keluar, maka yang tertinggal merasa seolah beban yang dipikul menjadi berkali lipat besarnya
Maka saya hanya bisa berdoa
Sambil merasakan rindu yang berlipat-lipat pada saudara yang menjauh
Moga Allah mempertemukan kita pada akhir yang sama indahnya, meski kita telah menempuh jalan yang berbeda.
Maka sahabatku, mari kita menjawab bersama seruan itu, sebagaimana para hawariyun menjawab tanya Nabi Isa as.
"Siapa penolong agama Allah?"
"Kami! Kami penolong agama Allah..."
Insya Allah... Allahumma Amiin...
*sungguh, jika kita takut menjadi munafik dengan berada di jalan dakwah ini, karena merasa "belum" ikhlas, maka bukankah lebih baik "belum" ketimbang "tidak"? Mengapa harus memilih "tidak" beramal ketimbang beramal tapi "belum" ikhlas? Padahal "belum" bisa menjadi "sedang" atau "sudah", sebaliknya "tidak" akan tetap "tidak"
Saya ingat bahwa Hasan Al-Banna pernah menjawab hal yang sama, saat seorang ulama di atas mimbar bertanya ttng siapa yang bisa memikul peradaban, dalam hati kecilnya beliau menjawab, "Saya!" Maka kuatkan azzam kita, sahabat. Umat ini terlalu besar untuk diperjuangkan dengan mental kerdil...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar