Senin, 16 Februari 2009

Tanpa Alasan..

Terkadang,kita terlalu sibuk mencari-cr alasan mgp qt melakukan sesuatu ktmbng menikmati saja perbuatan itu,tanpa alasan.melihat langit saja,sll ada tny"knp?""untuk apa?" pdhl ckp dgn melihat.bhkn tanpa alasan utk mlht matahari senja,atau apapun,qt dapat melihat langit.
Sadar bhw Tuhan itu ada,dan sedekimian dkt.bhkn tanpa alasan,mengapa DIA ada,dan mengapa DIA dkt,telah cukup menentramkan. Catatan saat melihat langit,dlm perjalanan ke bandung..

Jakarta?bukan surga

Sdh 2 hr 3malam kami menginjakkan sendal jepit kami d temaram ibu kota.dan hal-hal d jakarta yg sebenarnya tidaklah biasa kini terpampang nyata di depan kami.anak2 jalanan misalnya,begitu menatap satu atau sebagian dr mereka hati kami miris.bertanya2.dmn orang tua mereka?apa tidak cemas dgn anak2a yg bergulat di kericuhan jalanan?
Tidak ada jg kota yg pernah kami lihat sekontras jakarta.apartemen mewah berserak,diselingi rumah2 kardus dan seng disekitarnya.
Welcome to the kindness of jakarta?
Uh...

Rabu, 11 Februari 2009

BERPESTA DI PEMILU 2009 DENGAN BIJAK

Oleh: Ade Oktiviyari*

Jika berkunjung ke Darussalam dan melewati Simpang Mesra, akan tampak rangkaian spanduk dan poster calon legislatif dari berbagai partai di tingkat lokal dan nasional di sana. Semua tampil memukau dengan semboyan dan janji-janji masing-masing. Pemandangan ini bukan hanya satu-satunya di Banda Aceh. Bahkan seolah semua sudut jalan, baliho, bangunan, hingga tiang listrik tidak luput dari kampanye menjelang perayaan akbar demokrasi 2009 ini.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kampanye seperti ini. Sepanjang tidak mengganggu ketertiban, tetap setia membayar pajak, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Bahkan selebaran-selebaran dan poster kampanye ini dapat lebih ‘mewaspadakan’ masyarakat sekitar untuk tetap melek terhadap Pemilu 2009 hingga pesta demokrasi ini tidak terlewatkan begitu saja.
Hanya yang mulai perlu dijadikan catatan, ketika euforia pesta demokrasi ini mulai bergerak ke arah anarkis. Dimulai dari aksi peledakan, terror dan intimidasi terhadap sejumlah parpol, dan pembakaran atribut partai.
Sejumlah pena media mencatat sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di Aceh menjelang Pemilu 2009, dan aksi ini terus meningkat dengan semakin dekatnya hari H. Misalnya saja aksi perusakan berupa penggranatan terhadap Kantor DPP Partai Aceh. Padahal letaknya persisnya disamping pintu gerbang POMDAM Iskandar Muda dan berjarak sekitar 300 meter dari Mapoltabes Banda Aceh.
Dilansir dari news.okezone.com, Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Aceh (PRA) Thamren Ananda, mengatakan intimidasi yang diterima tak cuma penghilangan bendera partai, tetapi juga secara verbal terhadap kadernya dan warga. Mereka diintimidasi untuk tak memilih partai tertentu. Ancaman ini sering kali tak terungkap di media massa. Intimidasi dan kekerasan seperti itu mencederai demokrasi. Sedangkan menurut Raihan Iskandar, akibat intimidasi tersebut, warga sering berharap tidak ada pengurus partai yang datang ke rumahnya. Mereka takut dianggap simpatisan partai tertentu. Kalau ketahuan, berbahaya bagi diri dan keluarga mereka. Yang harus dilakukan masyarakat adalah melakukan perlawanan terhadap intimidasi dari kelompok tertentu tersebut. Sementara itu, Muhammad Ali menjelaskan, selain penghilangan bendera partai di beberapa lokasi di Bireuen, intimidasi juga diterima calon anggota legislatif dari Partai Demokrat. Mereka diminta tidak melakukan kampanye.
Teror yang terus terjadi juga dapat mengancam kelangsungan damai pasca penandatanganan Memorandum of Helsinki. Dua anggota Komisi Peralihan Aceh (KPA/mantan kombatan GAM) tewas dan seorang kritis setelah ditembak orang tak dikenal di kawasan Aceh Besar dan Kabupaten Bireuen, dalam sepekan terakhir.
Reaksi masyarakat terhadap meningkatnya teror di Aceh pra Pemilu beragam. Sebagian menuding ini adalah aksi sejumlah oknum yang kontra-perdamaian di Aceh, sebagian menuding hal ini disebabkan kurangnya kinerja aparat di Aceh., yang diakui oleh Kepala Polda Aceh, Irjen Pol Rismawan, yang menyatakan bahwa kepolisian Aceh saat ini kekurangan personil sebanyak 5000 orang. Dan sebagian menganggapnya sebagai upaya pihak-pihak yang tidak senang dengan keberlangsungan demokrasi di Aceh.
Menganggapi hal tersebut, tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya. Artinya, penyebab meningkatnya aksi kekerasan di Aceh menjelang Pemilu 2009 ini memang tidak terpisahkan satu sama lain. Adanya sejumlah partai yang ‘childish’ hingga menggunakan berbagai cara yang justru mengotori proses perdamaian dan kehadiran sejumlah oknum yang gemar memancing di air keruh dapat ditengarai sebagai penyebabnya.
Masyarakat luas tidak perlu terpancing atas konflik yang terjadi selama ini, dan biarkan aparat keamanan melakukan fungsinya, memberikan pelayanan dan proteksi kepada masyarakat. Karena rasa aman juga bagian dari hak asasi yang harus dilindungi oleh negara. Kebijaksanaan rakyat untuk mengatakan, “TIDAK!” pada partai yang terbukti melakukan intimidasi secara eksplisit maupun implicit juga sangat penting sebagai bentuk kontrol sosial terhadap jalannya proses menuju Pemilu 2009 yang bersih. Kontrol sosial yang baik dari masyarakat akan memberikan satu pernyataan tegas bahwa kecurangan tidak akan membawa satu partai pun ke gedung DPRD. Ketua Panitia Pengawas Pemilu NAD Nyak Arief Fadillah Syah juga mengatakan bersaing secara adil adalah hal yang paling baik yang dilakukan parpol untuk menarik simpati massa. Partai dan pihak tertentu yang melakukan intimidasi untuk memenangkan satu golongan bisa mendapatkan hasil yang buruk, yaitu tidak dipilih rakyat. Jika rakyat telah bijak untuk tidak mengumbar rasa takut yang berlebihan dan tidak memilih partai-partai ‘culas’, maka aksi keculasan juga tidak akan bertahan lama di tanah Serambi Mekkah ini.

Anarkisme dan Masa Depan Syari’at Islam

Di sisi lain, hal yang sangat penting tapi kurang disorot adalah ancaman baru terhadap perkembangan penegakan syariat Islam di Aceh. Kita telah tahu bahwa perkembangan syariat Islam di Aceh mendapatkan sorotan yang serius dari masyarakat nasional bahkan ke mancanegara. Mulai dari suara optimis, skeptis, pesimis, bahkan memvonis. Tentunya merupakan sebuah ironi. Pasalnya, dengan pencitraan Aceh sebagai daerah syariat Islam, konsep tentang anarkisme yang sedang berkembang di Aceh pada akhirnya akan mengembangkan suatu paradigma bahwa syariat Islam mendidik pelaku aksi anarkis. Padahal seluruh elemen masyarakat seharusnya meyakinkan bahwa nilai-nilai Islam mendatangkan kecintaan akan perdamaian dan humanisme. Dan jika yang tampak malah sebaliknya, maka anggapan komunitas dunia tentang syariat Islam akan semakin buruk. Seolah membenarkan suara-suara sumbang tentang penegakan syariat Islam di Aceh. Sangat disayangkan bukan?

Sabtu, 07 Februari 2009

Mengejar Bus (Bus), Girls Not Allowed!

"Cwek mendingan gak usah ikut!"

Deg... di tengah guyuran hujan hatiku langsung tertampar. Kata-kata itu, keluar dari lisan seorang aktivis dakwah kampus yang kebetulan seangkatan denganku, jelas, dia bukan cewek.

Ehem... sungguh, dinginnya hujan jadi tidak terlalu terasa. Dikalahkan oleh kemangkelan hati karena satu, dua kata: bias gender.

Sebenarnya, alasan kalimat ini bisa sampai terluncur sederhana. Jadi, dalam rangkaian acara Musyawarah Nasional Forum Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran se-Indonesia, ada acara City Tour. Rencananya, kami akan berkeliling kota Banda Aceh meliputi PLTD apung, kuburan massal, dan terakhir melihat sunset di lampuuk.

Nah, aku dan kakakku berangkat bersama dengan menggunakan motor. Awalnya ingin berangkat bareng peserta dan panitia yang lain dengan bus. Tapi karena jadwal karet, kami tertinggal bus.

Agenda pertama kami jadi: mengejar bus!

Dengan menggejot habis-habisan kecepatan motor, kami dapat mengejar si bus, tepat di depan mesjid Baiturrahman. Sehabis sujud syukur karena dengan kegilaan kami masih hidup, selanjutnya kami enjoy aja mengikuti kegiatan. Jalan-jalan dengan para peserta, foto-foto bareng, semua normal aja. Dengan setia, kami mengikuti bus itu dari belakang dengan motor.

Nah, di agenda terakhir, yaitu ke pantai Lampuuk, hujan mulai turun. Awalnya rintik-rintik, lalu menjadi semakin deras. Bulir-bulirnya seperti kerikil  padi yang tercurah dari langit.

"jadi gimana nih kak?!" teriakku dari depan. Apalagi kami memang tidak membawa mantel atau jas hujan.

"terus aja dek! kapan lagi jalan2 dalam hujan!"

"okee deh!"

Dengan otak yang udah miring karena tersiram air hujan, kami melaju di jalanan yang berkilap bagai minyak dengan kecepatan 80km/jam (atau kira2, soalnya speedometernya rusak. maklum, motor tua). Ketawa-ketawa, ceria, gembira. Gak peduli udah kuyup dari atas sampai bawah. Dari luar sampai dalam (tas maksudnya).

Nah, euforia kami itu rupanya gak berlangsung lama. Gak disangka, panitia ikhwan udah gerah ngelihat kami yang banyak tingkah. Awalnya dengan sabar mereka membututi motor kami dari belakang, lalu saat kami mulai memasuki jalan yang rusak menuju Lampuuk, hujan menjadi begitu deras. Yang terderas dari yang sudah-sudah.

Shiuuut... satu motor panitia ikhwan menyalib kami.

Santai, cuek aja.

Shiuut... yang kedua.

Kali ini seorang cowok yang duduk di belakang dengan perlindungan jas hujan berseru kepada kami (selanjutnya kita sebut dengan Cowok Patriakis dalam Hujan (CPH)). Meski dalam hujan, kata2 CPH jelas kutangkap.

 "Cwek mendingan gak usah ikut!"

Uffh...bias gender nih.

Finally, kami berbalik dan tidak meneruskan langkah motor. kenapa? bukan karena tersinggung oleh ucapan si CPH, tapi karena waktu sudah mendekati Ashar dan kami yakin akan sulit shalat dengan kondisi kuyup seperti ini di mesjid2.

Dan aku terus membawa kalimat ini dalam kepalaku.

Memangnya kenapa gak boleh?

karena cewek?

Kalau cewek terus kenapa?

Apa Allah dan RAsulnya melarang cewek bawa motor hujan2?

Apa yang salah dengan tindakan kami?

Rasanya, selama aku berkecimpung di dunia kampus, banyak nada minor seperti ini kedengaran.

"Cewek gak usah ikut aja deh!"

"Udah, serahin sama ikhwan aja."

"Kemarin kami yang cowoknya udah rapat duluan."

Anyway...

Yang jelas dalam lingkup pergaulanku, dan bukan hanya di kalangan kerohanian Islam saja, keterlibatan kaum hawa sering diminimalkan. Dianggap tidak urgen, tidak efektif...

Karena tidak penting?

Tidak begitu bermanfaat?

Atau memang tidak diperlukan?

Duh, percayalah para saudaraku,Allah punya alasan untuk menciptakan kami juga, tidak sekedar menciptakan Adam.

Berusahalah untuk membedakan, mana yang budaya, dan mana yang syariat Islam. Sebab yang merendahkan kaum hawa, adalah budaya, bukan Islam.

Islam hadir untuk membebaskan manusia dari kejahiliyahan.. Dan perempuan, juga.

Kamis, 05 Februari 2009

Blog itu: Bukan Basa-Basi!

Aku kadang iri dengan teman-temanku dari fk di seluruh indonesia. Iri sebab mereka dapat membagi ilmu mereka di bangku kuliah dengan membuat blog-blog kedokteran. Membagi informasi tentang dunia kesehatan yang telah mereka dapatkan untuk umum dan para rekan sejawat. Sungguh, pingin deh...

Lalu, kenapa aku gak coba ya?

Sepertinya simple deh. Aku ingin juga membagi informasi tentang pengertian patologi, neoplasma, metaplasia, swelling, Bio-Savart, Eisenmeyer, sinistra, inferior superior, dan istilah-istilah lain untuk saudara-saudaraku di dunia maya. Jadi kalau pergi ke dokter kan bisa ngomong gini, "Dok, di hati saya ada neoplama ya? sel2nya udah bermetaplasia? di lobus sinistra atau dextra dok?" Kan keren tuh. Hehe...

So, kita mulai aja sesuai urutan istilah yang telah kusebutkan ya.

Patologi berarti keadaan berpenyakit. Atau ringkasnya ya penyakit.

Neoplasma istilah untuk menyebutkan jaringan normal yang tumbuh menjadi ganas. berasal dari kata neo: baru, dan plasma. biasanya sih untuk nyebutin kanker.

Swelling berarti pembengkakan.

Bio Savart adalah salah satu bentuk irama jantung patologis.

Eisenmeyer...nah, lho...kok ada yang tidur? Belum selesai nih. Lha, yang itu kok udah kabur? Tunggu dong, dikit lagi nih!

Anyway...

Nah, jadi penyerdehanaannya, alasanku untuk tidak membuat blog yang isinya tentang informasi-informasi dunia kedokteran dan kesehatan populer karena basis ilmuku yang memang masih sangat kurang disana. Dan aku juga tidak memiliki kemampuan penuh untuk menjelaskan tentang ilmu kesehatan dengan segar dan enak dibaca.Selain itu, takut salah. Salah dalam ilmu kedokteran fatal akibatnya lho.

Dan alasan terakhir, adalah karena aku tidak ingin bersaing dengan blog-blog dokter yang banyak bertebaran di sekeliling kita, dengan kualitasnya yang bagus. Takut mereka tidak lagi tampak menonjol karena kalah sama aku (yang banyak buat salah dan ngaco dalam penyampaian)

Oleh karena itu, mengenang alasanku untuk nge-blog adalah ekspresi perlawanan terhadap banyak hal dan media berbagi hikmah dalam kehidupan sehari-hari, maka aku berharap agar blog ini bermanfaat. meskipun pengunjung blog ini tidak akan mendapatkan tutorial cara mengatasi diare dengan makan cabe 20 kg, tapi semoga ada hikmah lain yang bisa didapat.