Kawan, pernah membaca Hermux Tantamoq karangan Michael Hoeye? Buku fantasi yang diterbitkan berbentuk serial ini mengisahkan tentang seekor tikus bernama Hermux,pembuat jam yg sering terlibat petualangan luar biasa.
Tenang,bagi yg tidak suka cerita fantasi jangan bersedih.saya tidak hendak meresensi 3 jilid buku petualangan si Hermux. Saya hanya ingin berkisah tentang secuil bagian dari keseharian Hermux.
Hermux selalu menutup harinya dgn menulis. Apa yang dia tulis? Ini mungkin bagian paling menarik yang saya dapat dari buku ini.
Dia menulis tentang Rasa Syukur.
Dia akan mengawali tulisan itu dgn terima kasih,diikuti daftar hal-hal yg menyenangkn dr harinya,sekecil apapun.
Terima kasih untuk keju. Dan undangan pesta, baju bersih,dan secangkir kopi. Terima kasih untuk suara burung2,nyanyian, dan sedikit kelegaan. Terima kasih untuk senyuman dan persahabatan. Terima kasih.
Dalam tulisan ini Hermux hanya ingin berterima kasih. Ya! Sesulit apapun petualangan yg dihadapi,dia masih memiliki hal-hal yg membuatnya berterima kasih tiap aari. Dia masih bisa berterima kasih untuk kicau burung-burung,gemerisik dedaunan,mentari musim panas, dan bintang di langit. Dia masih bersyukur untuk tiap detik yang dia jalani.
Membacanya membuat saya berpikir. Ya, Hermux memang tokoh fiktif. Selamanya dia akan hidup dalam lembaran buku di rak saya. Tapi bukankah yang dilajukannya nyata,tidak fiktif? Hermux melakukan hal yang bisa saja kita lakukan. Tapi kita memilih tidak melakukannya.
Mungkin saja hidup kita dipenuhi kesulitan. Bisa jadi motor rusak dalam perjalanan Banda Aceh-Lhokseumawe di tengah hutan belantara penuh monyet jam 12 malam, bisa jadi proposal skripsi tidak di ACC oleh dosen, bisa saja tubuh ini mengidap kanker yang tak tersembuhkan, atau yang sering, bisa saja si tuan atau puan yang diharapkan jadi pendamping dunia akhirat tak tampak-tampak padahal hati sudah sangat rindu. Berbagai masalah bisa saja terjadi. Tapi, apakah anugerah yang Allah berikan lantas menghilang semuanya?
Padahal matahari masih bersinar, induk kuda masih mengangkat kakinya agar tidak menginjak anaknya, makanan masih tersaji di warung-warung, dan tanah tempat berpijak masih ada meski laut telah mengalami kenaikan sekian centimeter akibat pencairan es di kutub. Apapun yang terjadi, seburuk apapun sesuatu mungkin terjadi....
Hati masih berhak bahagia.
Karena jika ada kebahagiaan, maka seorang muslimlah yang paling berhak menikmatinya.
maka berbahagialah dengan ucapan terima kasih
Berbahagialah dengan kesyukuran.
Karena hati yang bahagia akan mengusahakan kebahagiaan untuk orang lain. Hati yang bahagia ingin agar tiap orang bisa merasakan kesyukuran dan kebahagiaan sebagaimana dirinya.
Orang yang menginginkan kesusahan orang lain bukanlah orang yang berbahagia.
Maka, bersyukur dan berbahagialah!
Terima kasih untuk udara yang saya hirup hari ini
Terima kasih karena saya masih memiliiki jari jemari untuk mengetik tulisan ini
Terima kasih untuk mata, otak, dan hati yang saya miliki. juga untuk suara yang saya dengar saat ini, keindahan yang saya rasakan, juga cinta pada segala kebaikan.
Terutama, terima kasih karena saya masih memilki iman hingga hari ini.
Terima kasih.
Alhamdulillah....
*Setelah mendengarkan seorang ustadzah mengatakan; bahagia! bahagialah pada tempatnya...:)
**gambar dari; http://gurugilbert.com/wp-content/happiness.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar