Sabtu, 27 Maret 2010

Tetaplah dalam Perjuangan Ini, Sahabat...

"Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk-duduk. Lalu Allah swt. akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini" (Hasan Al-Banna)

Tergerak oleh ini, maka pikiran pun bergerak.
Pergerakan, dan pemikiran.
Siapa yang sanggup membunuh semua itu?
Hasan Al-Banna bisa terbunuh. Jasadnya terkubur setelah peluru menghajarnya, tapi semangatnya tidak pernah mati. tetap menyala di hati para pemuda yang ditinggalkanya. Bahkan hingga kini.
Hingga ke generasi yang bukan orang Mesir. Para pemuda yang hanya pernah membaca tentangnya, tapi telah mendengar namanya disebut,
Dan 10 wasiat Hasan Al-Banna, menggerakkan pemikiran yang terpenjara.

***

Hari ini, aku baru saja menjalani ta'lim yang mengesankan. Cukup mengesankan hingga yang kubawa pulang dari ta'lim itu, lebih daripada yang kudengarkan.Ada beberapa poin yang penting menurutku untuk diingat,..
beberapa poin yang ingin kubagi dari ta'lim tadi:

"Dakwah hanya mengenal totalitas"

Dan aku tercenung karenanya.

Ya... totalitas.
Tidak ada kata bermuka dua dalam dakwah.
Tidak ada kata 'libur' dalam dakwah...
Ketika seseorang memutuskan untuk terjun dalam dunia dakwah, maka ia memutuskan untuk total.
Total menyelam atau tenggelam.
Dan semua adalah perubahan.
Perubahan dari kemanjaan, dari kechildisan, dari kebodohan...
Perubahan dari semua menjadi pribadi yang ahsan. Yang baik. Pribadi yang akan memandu umat menuju cahaya Rabbani. Pribadi-pribadi unggulan.

Dimanapun dia berpijak, maka itu adalah ladang dakwahnya. Kapanpun, dan siapapun yang ia temui. Bang Maulana, pemateri saat ta'lim ini, menyebutkan betapa dakwah yang konservatif sering menjauhkan dakwah dari target yang sesungguhnya.

"Jika mereka bahkan tidak pernah shalat, apa mungkin kita mengajak mereka ikut tahfidz? kenali tempat mereka berkumpul. Jika mereka suka nongkrong di warung kopi, maka temui mereka di warung kopi."

Ya, seperti Imam Hasan Al-Banna. Berdakwah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya. Menyampaikan risalahnya di tengah pesimistis para muridnya dengan inovasi baru dalam dakwah ini...

Sungguh sebuah totalitas yang mengagumkan...
Jangan bandingkan dengan manajemen afwan hari ini.

Di Tengah atau Pinggiran?

Kuantitas vs Kualitas?
Demikian satu pertanyaan yang sempat terluncur.

"Mengapa semakin banyak yang bergabung di barisan dakwah ini, seolah barisan dakwah ini semakin kacau? semakin banyak orang, kualitas para dai seolah semakin menurun."

maka beliau menjawab dengan memberikan suatu contoh.
"Semakin lebar sebuah sungai, maka daerah pinggirannya akan semakin melebar. Disana aliran airnya lambat, keruh, dan kadang hanya sekedar berputar saja. Sedang di tengah, aliran airnya kuat dan jernih."

Ya, maka di tengah itulah kualitas tertinggi terletak. Yaitu para dai yang kokoh dengan totalitas mereka bergerak. Mungkin mereka akan menabrak batu, membawa sampah, dan bahkan tersumbat saat aliran deras itu bergerak. Tapi, mereka tidak akan berhenti.

Dan disanalah Sayid Quthb, Hasan Al-Banna, Syaikh Ahmad Yasin, Ar-Rantisi berada. Berada di tengah dengan segala kejernihannya. Tak segan dan takut menghadapi bahaya. Betapa indah dunia itu dalam pandangan mereka. Seperti kata Ibnu Taimiyah :

"Tidak ada sesuatu pun yang bisa menggelisahkan seorang muslim. jika aku dibunuh, maka syahid bagiku; jika aku dipenjara, maka itu adalah kesempatan terbaik untuk berkhalwat dengan Allah; dan jika aku diusir, maka itu adalah tamasya bagiku." Ibnu Taimiyah

Subhanallah...
Sedang di pinggiran?
Yah, memang relatif aman. Tidak banyak terhalang bebatuan, tidak mudah tertimpa barang yang jatuh ke dalam sungai... Tapi lihat, betapa aliran yang di pinggiran begitu mudahnya keluar dari sungai. Begitu mudahnya keluar dari arusnya. Maka demikianlah dai2 yang berada di pinggiran. Begitu aman, tapi begitu gamang.

"Maka, memang hanya sedikit yang berada di tengah. Dan kebanyakan dakwah memang hanya digerakkan oleh sedikit orang. Tapi biarkan tetap seperti itu. Karena yang sedikit ini, dengan militansi dan semangatnya, akan menggerakkan orang-orang yang lain..."

Maka, tetaplah berada di tengah para sahabat. Tetaplah berjuang. Meski lelah sangat, meski ada kekhawatiran, tapi itu semua adalah untuk istirahat yang lebih baik...


*Oleh-oleh dari ta'lim pengurus Asy-Syifaa' oleh Maulana Ikhsan, S.Ked

Rabu, 24 Maret 2010

Hari Ini, Menulis...

Hari ini Ade menulis.

Ade menulis tentang kecintaannya pada hidup

Ade menulis tentang hujan dan satu rindu

Ade menulis, betapa ia ingin melihat anak-anak palestina berebut mainan sambil tertawa gembira di bawah matahari

Ade menulis, bunga hari ini kehilangan keharumannya

Ade menulis, dzikir burung-burung semakin nyaring terdengar

Ade menulis, manusia telah kehilangan hatinya. Maka siapa yang masih memiliki hati untuk mendengar suara Tuhan?

Ade menulis, jutaan manusia tersesat di dalam mesjid. Hingga merdu tilawah hanya bergaung, adzan hanya menyeru jutaan mobil, dan manusia enggan bergegas ke surau.

Ade menulis,bahwa dunia hari ini masih berdarah.

Ade menulis, hanya Allah tempat berharap.

Hari ini, Ade masih menulis doanya…

Selasa, 23 Maret 2010

Untuk My Best,... Cinta, maukah kembali?

Bagiku, cinta itu absurd...
Begitu mudah diucapkan,juga begitu mudah dilupakan...

Seperti dia, sahabat yang datang dari hujan. Aku juga mencintainya seperti perasaan saat membersamai hujan. Begitu damai, begitu tenang, begitu bahagia. Tidak peduli hujan itu begitu lebatnya, dipenuhi gemuruh, kilat menyambar-nyambar, air tumpah ruah menggenangi jalan...
Bahagia...

Tapi, mengapa ia harus pergi dan tertinggal?
Tinggal bersama orang-orang yang duduk.
Tinggal bersama semua keluhan dan ketidakpuasannya akan hidup.

Saat melihatnya. Selalu, setiap titik aku melihatnya, aku berharap hujan kembali turun lagi. Karena aku ingat saat hujan turun rintik, dan jalan masih basah dengan aroma gerimis yang memikat hati, jam 2 malam. Di Ramadhan.

Saat itu kita kabur dari pesantren tempat training. Ingatkah kau? Kita mengendap-ngendap, melompati parit dalam keremangan malam menjelang Subuh, mencari perlindungan di tempat lain. Aku menyusuri jalan dengan cemas, takut akan pandangan-pandangan liar saat itu. Sedang kau malah berjalan dengan tenangnya. Aku kesal! tapi aku mencintaimu, sahabat...

Dan ratusan kenangan lain melintas...

Saat kita menjenguk Nina yang sakit, hingga jam 8 malam. Saat kita menyusuri jalan di tengah hujan deras untuk kembali ke sekolah. Saat kita kelaparan karena telat makan malam setelah saling menasihati di mushalla sekolah. Saat kita marah dengan sesosok cowok nyebelin yang melarang kita mengaji selepas shalat maghrib. Saat kita begitu membenci sekolah. Saat kau pergi dan aku mengejarmu...

Ingatkah kau sahabat?
Masihkah kau mengingatnya sejelas aku mengingatnya?
Seolah baru kemarin saat aku mengenalmu. Saat aku yang pendiam dan tertutup ini mempercayakan semua rahasiaku padamu. Seolah itu baru terjadi...

Engkau ingat? kita pernah bicara tentang Palestina, menghujat Israel bersama. Kita ingin menjadi relawan di Palestina. Saat itu, aku bicara tentang ingin hidup tanpa pernikahan selamanya agar bisa menjadi mujahidah sejati. Sedang kau bicara tentang suami yang bisa menyertai jalan jihadmu. Ingatkah kau???


Sahabat,,,
maafkan aku yang konservatif dan egois ini
aku amat sangat mencintaimu
tapi aku memilih jalan ini tanpa mengajakmu
sebab aku takut, takut menginjakkan kaki di dunia yang asing ini tanpaNya

Aku berharap engkau ingat tentang kita
tentang perjuangan, tentang idealisme, dan tentang hidup yang kita impikan itu
ataukah, sekedar seorang laki-laki yang datang dari kabut mampu menggantikan semuanya???

Sungguh, aku juga terluka. Sangat terluka. Bahkan di tengah rasa tidak peduli yang kutunjukkan, aku tidak pernah mampu melupakanmu. Aku sangat amat mencintaimu. Aku ingin berjalan bersamamu di dunia.

Juga membersamaimu di akhirat nanti.

Kembalilah sahabat,,,
aku sangat merindukanmu...

Kita, dua mujahidah sejati.
Dua daiyah
Dua ummuhat harapan umat
Dua calon bidadari syurga

Amiin...

*Saat amat merindukannya...

"Sahabat, taukah kau? jalan ini, begitu sepi disini tanpa kehadiranmu."



Sabtu, 20 Maret 2010

NO BAD WORDS!!!

Kalau ada guru terbaik dalam hidup, selain ibu,mungkin ustadzahku waktu kecil bisa mendapat peringkat kedua.

beliau, bagiku adalah the real teacher, bukan hanya orang yang mengajar untk mencari uang. Tapi beliau juga memahami cara yang tepat untuk menyampaikan apa yang dipahaminya kepada orang lain, dan mengerti cara menyumpalkan ilmu itu ke liang otak anak-anak kecil yang masih hobi ngompol. Bukan hanya tentang alif,ba,ta, tsa, tapi juga tentang kehidupan.

Ada satu nasihat dulu yang selalu kuingat, berulang-ulang diucapkan oleh ustadzah itu.

"no bad words"
atau melayunya "gak boleh ngomong jahat"

mau semarah apapun, seemosi apapun, becanda seperti apapun... tidak boleh ada sepatah "bad word" pun yang boleh terlontar.

"orang yang suka ngejek orang lain, atau ngucapin kata-kata jahat, itu akan masuk neraka."

neraka,,,
tempat paling menyeramkan dan menyakitkan
dan kata-kata itu terpatri,,,

sehingga penggunaan kata-kata seperti:

Bodoh
Jelek
T*ik
An**ng
dll,

FORBIDDEN!!!

dan hal itu tertancap terus hingga ke sekolah. jadi meski di SD dulu anak-anak sering bercanda dengan bahasa kasar, sepatah katapun tak berani aku ucapkan.

Kenapa?

Yah, jujur saat itu aku juga tidak tahu. selain ancaman neraka yang mengerikan, aku tidak tahu apa yang membuat nasihat itu seolah tak lekang oleh waktu.bahkan tetap terngiang-ngiang, bahkan di masa-masa transisi saat batas antara benar dan salah itu mengabur. atau saat masa sedang bandel-bandelnya.

Kata "kata-kata jelek=neraka" itu begitu kuat tertanam. bahkan saat usiaku telah kepala 2 seperti sekarang, tidak ada rasa bersalah yang lebih besar daripada penggunaan kata-kata itu, apalagi kalau ditujukan untuk menghina orang lain.

kenapa?

aku tak urung sering bertanya. kekuatan apa yang ada pada ustadzah itu sehingga kami (aku dan anak lain yang sama-sama mengaji dengan beliau) tak berani melanggar perintahnya?
Dulu, saking takutnya mengucapkan kata-kata kasar dan jorok, kami punya istilah-istilah sendiri untuk menyenangkan "nafsu" kanak-kanak yang sering mengejek.

Bodoh=imbicile (yang gak tau,buka buku pintar:))
Jelek, gak becus, makian2=uak2, uik2, nguak2 (digantikan dengan bunyi aneh)

semua itu diungkapkan dengan bahasa sesamar mungkin. Bahkan kalau itu tidak dimengerti, kami akan mengucapkan kata yang dinilai "bad" itu dengan sehalus mungkin. hingga seringkali sampai tahap gerak bibir.

Kenapa?

aku lama sekali baru mengerti, mengapa kata-kata ustadzah itu bisa menancap dalam di hati anak2 kecil pemberang yang tukang onar, hingga kami patuh seperti monyet yang telah kenyang dilatih. Dan bahkan kepatuhan itu seolah berlaku seumur hidup.

Jawabannya baru kutemukan 10 tahun kemudian, di salah satu kajian.

"Sebab, nasihat yang baik akan masuk jika diucapkan oleh orang yang hatinya bersih"

Sederhana, tapi begitu mendalam.
Mungkin, memang ini jawabannya.

***
Nostalgia, sering membuat kita menemukan kepingan hikmah

lain yang berserakan di awal.

Ya...

Seringkali kita bertanya-tanya: mengapa segala nasihat kita tidak masuk ke hati orang-orang yang kita nasihati?
sehingga orang-orang itu tampak begitu bebal, keras kepala, dan seolah hatinya tertutup dengan kemaksiatan.

Padahal, mungkin sebenarnya masalahnya bukanlah pada objek, tapi subjek yang menyampaikan:
Diri kita sendiri.

Mungkin,

karena nasihat itu masih lip service

karena nasihat itu hanya kata-kata kosong yang tidak dilaksanakan oleh si pemberi nasihat

karena hati kita masih tertutup dengan kebusukan2, hingga Allah menutup hati orang-orang dari nasihat itu

karena nasihat itu tidak bening dan bersih, maka jiwa yang bening tidak mampu menerimanya

maka begitu banyak "karena", yang menghalangi nasihat-nasihat kebaikan itu merasuk ke hati orang-orang di sekitar.

Solusinya???

Introspeksi diri selalu...
Setiap saat...

Berdoa, agar kebaikan itu tidak hanya menjadi bagian dari diri

kita sendiri, tapi juga meliputi orang-orang disekeliling kita...

Sebab, bukankah syurga terlalu luas untuk didiami sendiri?
Sedang neraka terlalu sempit untuk didiami beramai-ramai.

*gambar dari: http://mualafmenggugat.files.wordpress.com/2009/01/sky-flower.jpg

Kamis, 18 Maret 2010

Membersamai Hening

Tidakkah begitu mudah membersamai hening?
Sebab, seringkali telinga ini sibuk dengan hiruk pikuk di sekeliling
Sehingga suara-suara rusuh mengusik hening yang harusnya bisa hadir
Sering ingin menghentikan waktu
Agar sejenak saja bisa berdiam, menatap hening sepuas-puasnya

Tidak ada sahabat kebijaksanaan yang lebih akrab dari hening. Hening, mendekatkan manusia pada kemanusiaan. Memberi waktu, untuk mendengar suara dan petunjuk Illah, yang senantiasa hadir tapi sering terabaikan.

Hening, adalah musuh ketamakan. Sebab kehadirannya menjadikan segala keindahan dunia menjadi begitu maya.

Mengapa membenci hening?
Mengapa bahkan mengabaikan hening?

Kenalilah waktu jiwa terasa begitu kering, lalu cobalah mengheningkan diri, agar suara Rabb kembali bergema dalam kalbu.

Silence...
***

Aku rindu hening.
Dulu hari-hariku begitu senyap, nyaris hampa dari riuh
Lalu, aku memohon dengan amat sangat untuk mendapatkan hal-hal yang menjadikan hening menjauhiku
Dan sekarang, setelah hening menjauh hingga seolah akan sirna,...
Aku begitu merindukannya
Ingin kembali merasai hidupnya keheningan
Sejenak saja...

Bersyukurlah untuk hening ini sahabat,
karena saat ia sirna
maka engkau akan sangat kehilangannya.

*catatan hati seorang pecinta hening

Senin, 15 Maret 2010

Just Fly...

Bismillah...

apa kabar sahabat?

maaf lama tak muncul di kotak maya ini. ada banyak pekerjaan, pikiran, dan hal-hal yang menjauhkan jangkauan pikiranku dari ruang renungan bernama blog.

Sahabat, ijinkan aku sedikit merefreshkan pikiranku yang semakin lama semakin linear, patuh terhadap aturan umum, dan terpenjara.

pernahkah kalian mendengar kisah tentang seekor kutu anjing?

kutu anjing, adalah salah satu makhluk kecil dengan kemampuan luar biasa. binatang kecil ini mampu melompat 300x tinggi tubuhnya. dengan kemampuan yang luar biasa ini, kutu anjing dapat melakukan migrasi dengan cepat dalam upayanya untuk survive dalam hidup.

tapi,satu hal dapat menghancurkan si kutu untuk selamanya

caranya?

masukkan kutu anjing kedalam kotak korek api, dan selanjutnya, setelah dikeluarkan dari kotak, kutu ini hanya akan dapat melompat setinggi kotak korek api!

mengapa?

karena si kutu anjing,saat berada dalam kotak korek api, dia telah memutuskan bahwa potensinya hanya setinggi itu. �jika dia melompat lebih tinggi dari kotak korek api, dia akan membentur langit-langit dan kesakitan. akibatnya, dia menjadi terbiasa hanya melompat setinggi kotak korek api. dan bahkan setelah dikeluarkan, kutu anjing itu tetap akan melompat setinggi kotak korek api hingga akhir hidupnya.

***

seringkali, bukan situasi yang memenjarakan kita, tapi justru pikiran kita yang terpenjara.

let it free...

jangan takut menjadi luar biasa, jangan ingin selamanya menjadi biasa.

jangan takut berbeda

melompatlah melampaui 'kotak korek api' itu

just fly...

Kamis, 04 Maret 2010

Tired Now, Resting Well Next...

Sahabatku tersayang,

bukankah Islam ini agama terindah?

dimana setiap manusia dihargai dengan keunikan karakternya
dimana setiap jiwa dicelup dgn warna-warna terindah
dimana setiap manusia dihargai sama kemanusiaannya
tidak ada perbedaan ras, suku, warna kulit,...
suatu kebaikan universal yang begitu hangat

bukankah Islam adalah agama yang paling menenangkan?

tempat dimana tiap proses dihargai
tempat dimana tidak ada pemberhalaan terhadap suatu materi apapun
tempat dimana hanya Allah satu-satunya tujuan
satu-satunya yang menjadi sandaran segala niat, dan tujuan segala perbuatan

kita bersandar di jalan agama ini
kita bersandar dengan berharap pada karuniaNya
kita berjalan bersama sahabat,
mencoba menelusuri rahasiaNya

saling menjaga
saling mengingatkan
saling bekerja sama
saling memahami
hanya berharap satu hal:
keridhaanNya

Sahabat...

lalu jika tujuan kita hanya ridhaNya,

mengapa masih ada kejengkelan di hati kita saat kerja kita tidak dihargai?
mengapa masih ada keluh kesah meluncur menodai niat yg telah terucap?
mengapa masih ada prasangka buruk pada saudara kita di jalan perjuangan?
mengapa masih sulit saling memaafkan?

Sungguh, manusia sempurna itu bukan salah satu dari kita
tidak ada satu manusia pun yang sanggup selalu mengendalikan hati
tapi,
jangan biarkan sentilan di hati itu
mencabik-cabik niat kita mengabdi di jalanNya
jangan biarkan robekan di hati itu
menjadi jalur masuknya syaitan,
untuk menebarkan kebencian di antara kita...

Sahabat,
sungguh kita lelah
untuk istirahat yang lebih baik
tersenyumlah, meski letih sangat
hanya berharap bahwa Allah ridha
...