Selasa, 31 Agustus 2010

20/80

"Seonggok kemanusiaan terkapar, siapa yang mengaku bertanggung jawab? Bila semua pihak menghindar, biarlah saya yang menanggungnya, semua atau sebagiannya (Ust. Rahmat Abdullah)"

Di malam ke-22 ini, saat membaca pesan beliau yang telah lama terlupa ini, hati saya seolah dibebani batu besar.

Allah...�
Berapa banyak yang berada pada jalan dakwah ini?
Berapa banyak yang berlari menyosong pintu keluar dari jalan dakwah ini?
Sedang tiap ada yang berlari keluar, maka yang tertinggal merasa seolah beban yang dipikul menjadi berkali lipat besarnya
Maka saya hanya bisa berdoa
Sambil merasakan rindu yang berlipat-lipat pada saudara yang menjauh

Moga Allah mempertemukan kita pada akhir yang sama indahnya, meski kita telah menempuh jalan yang berbeda.

Maka sahabatku, mari kita menjawab bersama seruan itu, sebagaimana para hawariyun menjawab tanya Nabi Isa as.

"Siapa penolong agama Allah?"
"Kami! Kami penolong agama Allah..."

Insya Allah... Allahumma Amiin...

*sungguh, jika kita takut menjadi munafik dengan berada di jalan dakwah ini, karena merasa "belum" ikhlas, maka bukankah lebih baik "belum" ketimbang "tidak"? Mengapa harus memilih "tidak" beramal ketimbang beramal tapi "belum" ikhlas? Padahal "belum" bisa menjadi "sedang" atau "sudah", sebaliknya "tidak" akan tetap "tidak"

Saya ingat bahwa Hasan Al-Banna pernah menjawab hal yang sama, saat seorang ulama di atas mimbar bertanya ttng siapa yang bisa memikul peradaban, dalam hati kecilnya beliau menjawab, "Saya!" Maka kuatkan azzam kita, sahabat. Umat ini terlalu besar untuk diperjuangkan dengan mental kerdil...

Minggu, 22 Agustus 2010

Lukisan Sepi

Bagaimana melukis sepi?
Kuasku mandek
Mataku segaris
Cat berbaris sepanjang lantai.

Bingung
Mungkinkah cukup dengan S-E-P-I?
Atau
Adakah warna lain
yang bisa tergurat?
Hening
Bening
Sendiri
Ngilu
Warna sepi,
adakah?

Bantu aku
Cerita saja
Aku dengar
Sebab buntu
Asbab rindu

Atau sepi itu,
Jangan-jangan...
K-I-T-A?

*saat rindu sekali

Rabu, 18 Agustus 2010

(FF) Hati Seorang Anak

"Aku tidak perlu Ayah lagi, usiaku sudah 30 tahun dan aku sudah tahu segalanya."
"Nak," Tampang lelaki berusia 60 tahun-an itu melemas, kakinya mulai bergetar. "Tapi aku ayahmu."
"Mengapa baru sekarang jadi Ayah? Kemana selama 25 tahun ini? Aku hidup tanpa Ayah dan aku baik-baik saja!"
Air mata mulai tumpah, laki-laki itu sesenggukan. Tidak dipedulikannya orang sekitar yang menatap heran. Gadis di depannya masih memandangnya penuh bara.
"Aku pergi."
Hingga sosok gadis itu berlalu, lelaki itu masih menangis. Tak dipedulikannya air mata lelaki yang terlalu mahal. Sebab ia ingin menyesal, sebab ia ingin kembali ke waktu gadis itu masih bisa dibuainya dalam dekapan, juga waktu gadis itu masih menggenggam tangannya untuk naik ke atas vespa mereka.

***

Gadis itu melenguh, tangannya dingin. Berkali-kali ia memaki dirinya dalam hati. Apa arti sejuta pengajian yang telah diikutinya sejak SMA? Apa arti kajian yang telah dibinanya? Apa arti dakwah yang dilakoninya? Dan segala hal yang mengikutinya?

digenggamnya lengan bajunya keras. Matanya menatap ke arah tas yang sedari tadi disandangnya, menembus ke dalam, ke arah kertas merah hati yang terlipat manis di dalamnya.

"Aku telah lama menantimu. Maukah engkau jika kita segera menikah? Temui ayahmu, maafkan ia dan mintalah ia jadi wali nikahmu."

Air mata itu luruh, terus hingga sore menjelang.

Press Release

PRESS RELEASE

klarifikasi kepada siapapun yang telah, sedang, atau akan menuduh saya melakukan diskriminasi gender karena postingan atau komen-komen saya,

Perlu Anda ketahui bahwa Nabi, Rasul, ayah, adik kandung, keponakan, kakek, engkong, encik, abuwa, paman, om, ketua LDK, ketua BEM, ketua PEMA, Presiden, sepupu, tukang ikan, tukang air, tukang pompa, tukang sayur saya semuanya adalah LAKI-LAKI.

Sekian maklumat,

*alahai, lebay that press release nyoe. Bek comment (translate: alahai, lebay banget press release ini, jangan dikoment ya:D)

Senin, 16 Agustus 2010

Cowok=Menyebalkan-Part II (TAMAT)

Nah, melanjutkan info mengenai Cowok=Menyebalkan part I, marilah kita masuk ke part-II.
Nah, ini adalah bagian paling seru yang menyimpan rahasia kelam,
kawan, mari kali ini kita bicara tentang IKHWAN-IKHWAN GENIT!
ah, bahasanya jadi tak enak
mari ganti dengan BAKWAN-BAKWAN GENIT!
*ah, mendadak lapar

nah, apa itu bakwan?
Bakwan ini bukan bahasa Indonesia yang digoreng, ada udang di tengahnya, dan bisa dimakan. Tapi akronim dari Belagak Ikhwan (BAKWAN)

Kawan, maafkan kalau postinganku kali ini agak kasar,tidak mengenakkan hati, dan mungkin terkesan menyudutkan beberapa kelompok, komunitas, atau manusia dengan ciri-ciri tertentu.
Nah, apa itu ikhwan?
kembali lagi ke maknanya dalam Bahasa Arab, ikhwan adalah bentuk jamak dari akhun yang berarti saudara laki-laki.
Nah, kalau di Indonesia, ikhwan itu mengalami penyempitan makna sehingga diterjemahkan secara sembrono menjadi laki-laki yang shalih dan memiliki pengetahuan agama yang cukup, aktivis, dll.

Ciri-ciri gak pentingnya pernah saya tulis di sini: PELAJARAN TENTANG IKHWAN
Yang ingin baca hal2 gak penting, silakan klik saja.

Nah, masuk ke poin-poin yang SANGAT AMAT tidak penting. Ini adalah tentang Bakwan Genit
Pertama yang harus dipahami, klasifikasi BAKWAN (Belagak Ikhwan) atawa IKHROH (Ikhwan Sepotong) tidak ada dalam Al-Qur'an. Ini bukan fatwa ulama dan bukan ketetapan dari Allah. So,jgn berdebat tentang hal-hal tidak penting ini *mengangguk2 sendiri

Yang jelas, aku punya kenalan beberapa orang. Tidak banyak sih, karena memang males rasanya bicara dengan BAKWAN, apalagi bulan puasa. Takut malah batal karena jadi pengin makan..

Dan aku menyimpulkan dengan hipotesa bahwa mereka adalah BAKWAN Genit dengan klasifikasi berikut:

Stadium I: dari bicara penting, suka banget dipanjangin jadi gak penting. Misalnya:
X: Akhi, maaf bisa bantu print ini?
Y: apa? yang mana?
X: yang ini, judul filenya "Ikhwan Genit"
Y: oo...trus diapain?
X: diprint, akh
Y: berapa lembar:
X: 17 lembar
Y: pake warna?
X: pake
Y: kertas ukuran berapa?
dst dll...

ntar nanti ada ujung2nya, misalnya: kalau ukuran segini gmn? kalau gini? Intinya masih dalam konteks, tapi panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget. Kadang jadi sulit bedain dengan orang yang rada bolot *alahai,istilah apalagi ini.

Stadium 2, ini masih lumayan juga. Tapi rada ngebetein. Karena suka pakai aksesoris tidak perlu dalam berkomunikasi, mudah terdeteksi. Misalnya kalau SMS-an, pasti ada smiley di ujungnya dan sering banget SMS hanya utk bilang yang sebenarnya g usah dibilang pun gak apa. Semisal: sykran:), Afwan:), Iya:), tidak apa2....:)
dst

Stadium 3, ini yang rada nyebelin. Kalau SMS awalnya penting, tapi buntutnya urusan gak penting dan out of the topic banget. Misalnya:
SMS: jadi besok acaranya gini ya ukh.bla bla bla bla... Tapi meski sibuk jangan lupa makan ya.hehehehe...:) Nah, ini yang asli nyebelin dan garing banget. Benar-benar asli nyebelin dan mau rasanya melempar kompor, sendal, sepatu, kemoceng, ayam, bebek, angsa, dll ke arah BAKWAN GENIT pelaku.

Nah, stadium 4 alias yang ASLI BUANGET NYEBELIN tak terkira. Suka bicara gak penting, SMS gak penting, telepon gak penting. Atau yang penting cuma 1 baris, 20 barisnya gak penting. Juga suka ngelihat blog atau FB dan koment gak penting di status.

Misalnya: "Bagus ya postingannya.", atau "Numpang senyum ya:)", atau "^_^" atau kalau SMS isinya, "Tahajud yuuuk" "Kamu mirip beruang deh..". kalau ngomong awalnya tentang acara, atau agenda syar'i, beriktnya sudah ada kalimat2 "hehehhe" dst...
Kesannya garing dak gak ada kerjaan banget ya?
Pengin jitakin,tapi bukan mahram.
Akibatnya hanya bisa seperti Nabi Yaqub dengan sabhrun jamiiil...
Kalau belum bisa, dongkol sambil makan ikan tongkol pun jadi.
Ngelempar barang-barang, manjat kelapa *hahay,apapula ini


BAKWAN2 GENIT ini sulit ditebak, dan seringnya membawa orang-orang yang menjadi korbannya terbawa suasana. Karenanya, kehadirannya patut diwaspadai dan dibasmi dari muka bumi.

Sekian!

TAMAT

*Sebenarnya tulisan ini lahir dari cinta saya pada teman-teman ikhwan. Cinta yang saya yakin telah terikat oleh Rabithah.
Meski nadanya mungkin rada kasar dan provokatif. Saya menyadari bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, termasuk kami, para muslimah. Hanya saya sering gerah dengan sikap para ikhwan yang sebenarnya saya selalu harapkan lebih paham dari saya sendiri. Karenanya, saya sangat tidak rela jika ada ikhwan BAKWAN yang membuat hati kami para muslimah jadi menggelepar-gelepar dengan tingkah genit itu. Kawan, tahukah kalian bahwa hati seorang perempuan itu sangat rentan?

Mari kita sama-sama introspeksi diri. Dakwah ini terlalu indah untuk dikotori dengan kegenitan seperti itu. Jangan biarkan hijab itu terurai sebelum ijab kabul.

Maafkan jika menyinggung *mendadak normal lagi

Jumat, 13 Agustus 2010

Cowok=Menyebalkan-part I

Mungkinkah mempercayai angin? Mungkinkah meminta mendung singgah? Mungkinkah menyapa dedaunan tanpa embun di pagi? Mungkinkah mengucap maaf tanpa ujung?
***
Teman, aku belajar tahun ini pada Ramadhan yg baru mulai ini
Belajar terlalu banyak. Pada orang-orang di sekitar, pada langit, pada dedaunan, dan pada kecup rimbun embun.
Aku belajar untuk memaafkan dan melupakan masa lalu dengan sempurna.

Pada hari ketiga Ramadhan ini, saya tertonjok dengan kata-kata halus, saat sebuah buku yang entah terbuka di depan saya. buku hijau. Ah,bukan kitab hadits kawan! Juga bukan Al-Qur'an. hikmah yang tercecer ini aku temukan dalam sebuah novel,

"Jika engkau telah memaafkan, maka lupakan kekesalanmu padanya. Jika engkau masih saja mengingat kekesalanmu, berarti engkau belum benar-benar memaafkannya."

Kata-kata yang sederhana, diksi yang tidak istimewa, tapi terasa menghujam saat itu.

Aku teringat langsung pada beberapa teman berjenis kelamin lelaki, pria, atau cowok.

Yang pertama, cowok MENYEBALKAN yang kutemui saat SMA. Sok tahu, sombong, dan tidak pernah mau bekerja sama dalam tim.
(Lihat, aku masih memakai kata MENYEBALKAN. artinya aku masih kesal dengannya kan?)

Lalu cowok MENYEBALKAN kedua, saat kuliah di sebuah organisasi kampus. Sangat amat diktator, semua pendapatnya harus dijawab dengan "YA", dan amat sangat tidak perperikemanusiaan dalam memberikan tugas2, sampai aku berpikir menagih gaji, cuti, dan tunjangan-tunjangan padanya. Benar-benar cowok nyebelin sekali, teman. Benar! Bukan nyebelin seperti dalam kisah sinetron, yang nyebelin jadi keren. Lalu jatuh cintrong tak jelas. Tapi ini asli nyebelin! Aku dan dia berantem tiap kali sudah bertemu dalam rapat, sampai-sampai kami membuat MoU bersama seperti pemerintah RI dan GAM. Isinya aku sudah lupa, yang jelas kami harus meninggikan TOLERANSI dan menurunkan EGO.
(Meski hasilnya jadi menaikkan EGO dan menurunkan TOLERANSI). Aku bertekad kabur dari organisasi itu setelah kami mangkat. Tapi tak dinyana, takdir memang tak teraba, aku dan dia kembali satu tim sbg SC. Nasib... nasib... Yah, setidaknya lumayan ada yang bs meninggikan stress dan menaikkan tekanan darah yang biasanya rendah.

Terakhir, di bulan Ramadhan kali ini Allah kembali mengujiku dengan cowok nyebelin ketiga yang 200 kali lipat lebih nyebelin dari yang pertama dan kedua. Amat sangat diktator tak jelas, sangat seram, sangat menekan, sangat tidak mau tahu, sangat membebani, sangat detil, tidak mau dikritik, tidak sensitif, sangat keji, sangat suka makan orang (nah, ini maksdnya deskripsi Sumanto).. Intinya yah seperti itu. AMAT SANGAT MENYEBALKAN!!!

Aaaargh....! Kesabaranku selalu teruji saat berhadapan dengannya. Aku harus memukul-mukul dada saking mendidihnya tiap kali berjumpa dengannya. Bahkan banyak sisi-sisi non-organisasi yang kusebelin darinya. Tapi biarlah itu jadi urusan dia sendiri saja, yang jelas sisi2 organisasi ini yang membuatku ingin melemparkan sendal, kursi, meja, bangku, komputer, motor, dan mobil ke arahnya (alahai, mahal sekali ongkos membantai satu orang).

Ketika aku bercerita pada temanku, maka dia berkata sambil tertawa-tawa,

"Yah, mungkin memang sudah nasibmu de, di"jiodoh"kan dengan orang-orang menyebalkan itu. Allah mendewasakan kamu melalui cara itu. Benar, sesederhana itu mungkin hikmahnya."

Aku tercenung kedua kalinya saat mendengar statement itu.
Yah, satu pelajaran berharga.

Di usiaku yang sudah 20 tahun ini, rupanya aku masih sangat kekanak2an. masih sering ngambek, sering marah-marah tidak jelas, sering terlalu sensitif (seorang teman malah menyarankanku untuk bergaul dengan badak2 agar aku lebih "tebal"), terlalu lebay menanggapi cobaan, dan sulit memaafkan. Karena buktinya, meski aku sudah sering minta maaf pada cowok nyebelin satu, dua,tiga, aku masih aja ingat dendam2 lama kan? Masih melabeli mereka dengan kata MENYEBALKAN...

Berarti aku belum bisa memaafkan.

Benar, kesimpulannya sesederhana itu.
Aku masih harus banyak belajar tentang kedewasaan.

Besok, aku mungkin akan bertemu dengan yang menyebalkan nomor 3, dan itu akan menjadi madrasah pelatihan untuk pendewasaanku.

Semoga bisa....

Btw, yang bertanya-tanya, mengapa semua yang nyebelin ini adalah cowok, mungkin harus tahu satu hal.
Semua cewek adalah temanku. Semenyebalkan apapun ketika awal aku mengenalnya. Karena rata-rata temanku adalah orang yang sebelum kukenal menyebalkan, dan setelah aku mengenalnya dengan baik rupanya dia memiliki hati bidadari. Artinya, tidak ada cewek yang menyebalkan.

Sekian... Bersambung part II

*Trims, gank cowok-cowok menyebalkan. Kalian adalah trainer yang Allah kirimkan untukku.

Selasa, 10 Agustus 2010

"Maaf"

Kawan,
Ijinkan aku berlutut di depan engkau
Mengucapkan satu kata saja,
Yang sudah kau hafal,

"Maaf"

Mari kita saling melupakan
Mari kita berhenti mengisi hidup masing-masing
Mari kita berhenti memaknai satu sama lain
Mari kita berhenti mendoakan

"Maaf"

*sambil memakai sendal kesayangan, lalu bersiap terbang menuju tempat yang lebih indah

Di Stasiun Ramadhan

Alhamdulillah...

Terima kasih
Bus Sya'ban telah menyampaikanku disini
Di Halte Ramadhan yang serba hijau
Barang-barang telah diturunkan
Kini aku senyap di tengah keramaian

Ah, ada 30 hari kini yang harus kulalui
Hingga menunggu Bus Ramadhan datang menjemputku
Menuju Halte Syawwal

Ada banyak yang bisa kukerjakan disini
Ada lembar mushaf yang jarang kuakrabi
Ada manusia-manusia yang rindu keakraban
Ada nasihat yang enggan tersampaikan
Semua bisa kukerjakan di sini
Di Halte Ramadhan

Ada 30 hari
Dengan manusia-manusia berwarna pelangi
Satu di sudut mendendangkan dzikir tak bertepi
Satu bersandar dengan tafsir terbuka dan mata terpejam
Ada anak yang tertawa sambil menggenggam permen
Juga remaja mengunyah donat sambil membalikkan buku warna
Semua di sini
Tumpah ruah menanti Bus Ramadhan

Saat ini ada penantian dan kerja
Lalu jika nanti Bus Ramadhan datang
Namaku tidak terdaftar
Maka aku akan naik becak saja
Menuju kampung akhirat

Kamis, 05 Agustus 2010

Surat untuk Kebahagiaan

Untuk Kebahagiaan

Dear Kebahagiaan,

dimanakah engkau saat ini berada?
Rasanya aku telah lelah mencarimu, mendaki bukit dan menuruni tebing yang curam dan menanjak.
Tapi engkau tetap tiada kutemui.
Lelah sudah kakiku, biarlah aku beristirahat sejenak.

Hari ini aku juga telah mencarimu, bahagia.
Dan engkau masih saja begitu sombong untuk ditemukan,
apakah memang seperti ini watakmu?
begitu angkuh, sembunyi-sembunyi dan membuatku tidak berdaya menemukanmu.

Bahagia,
aku ingin bercerita sejenak
Sekarang aku sedang sedih sekali.
Sahabat-sahabatku berlalu bagai angin
Orang yang kupercayai meninggalkanku layaknya daun musim gugur
Yang paling baik menjadi dingin
Hari-hariku tanpa semangat
Tidak ada manusia yang memperhatikanku
Tidak ada keberuntungan, prestasi, atau apapun yang bisa dinanti dan membahagiakan yang menghampiri.
Nilai-nilaiku terus memburuk

Kemana engkau, Kebahagiaan?
Tidak bisakah sedikit bermurah hati untukku?
Tiap malam aku tidur dengan pikiran berat dan bangun dengan kepala yang semakin penuh
Hari-hariku tanpa gairah
Tidak ada amalan apapun yang kulakukan
Shalat malam, membaca Al-Qur'an, pergi kajian, semuanya hanya sepintas lewat.

Aku sempat lelah memikirkanmu...

Tapi tahukah Engkau apa yang terjadi setelahnya?
Karena engkau begitu angkuh, satu waktu aku jenuh dan ingin meninggalkanmu.
Lalu seorang teman mengingatkanku
Tentang satu masa saat dua orang lelaki dalam gua. Yang satu dilanda cemas, sedih, dan gelisah. Dan yang satunya lagi menenangkannya, "Jangan sedih, Allah bersama kita."
Jangan sedih, katanya!
Maka kuburu lagi lembaran ayat-ayatNya yang biasanya hanya kuakrabi sekilas.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu"(QS. Fushilat: 30)

Hatiku luruh saat membaca sebait ayat ini.
Bahkan malaikat pun telah turun, agar kesedihan itu lenyap.

Sejak itu, tahukah Engkau, Bahagia?
Aku sadar bahwa engkau itu dekat.
Engkau, kebahagiaan itu ada pada KEIMANAN.
Yang terus diasah dengan indah setiap harinya.
Dan bersama iman itu, akan ada pengampunan.
Lalu cinta...

Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan berkata pada Jibril bahwa Allah mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah hamba tersebut. Jibril pun mencintainya.
Kemudian Jibril pun menyeru penduduk langit seraya berkata bahwa Allah mencintai si fulan. Oleh karena itu, cintailah hamba tersebut. Lantas penduduk langit pun mencintainya.
Kemudian setelah itu, seluruh penduduk bumi pun mencintai dirinya. (HR. Bukhari)

Cinta...

Hingga senyum orang-orang yang lewat menjadi lebih ramah, kicau burung terdengar indah bagai simponi, gelak tawa, suara riuh, sapaan, menjadi suatu keakraban yang mendatangkan kebahagiaan.

Sungguh, aku baru sadar bahwa bukan engkau yang terlalu angkuh untuk dicari.
Tapi aku saja yang malas melirik ke sebelah untuk melihatmu yang selalu menatapku penuh harap.

Terima kasih kebahagiaan...
Alhamdulillah, aku telah menemukanmu.
Maafkan prasangka burukku selama ini...

Penuh cinta,

Temanmu

Rabu, 04 Agustus 2010

(sharing) Gimana Biar Eksis di MP?

Entah kenapa, kali ini saya ingin sedikit berbagi tentang tips nge-MP
Meski saya bukan seorang MP-ers yang hebat (belum), tapi saya ingin berbagi pengalaman saya di dunia MP, terutama buat teman-teman yang baru bergabung atau masih bingung dengan Multiply.

Selain pengalaman, ini juga menjadi suatu pengingat saya, karena 1 tahun lalu saya pernah membaca tips-tips eksis di Multiply, yang celakanya sekarang telah saya lupakan siapa penulisnya (yang merasa memiliki hak cipta, konfirmasi ya. Trims).

Tips-tips ini tentang bagaimana cara agar EKSIS di dunia Multiply. Bentuk eksis itu bisa bermacam-macam. Banyak yang koment tulisan,banyak yang baca,atau banyak yang bolak-balik lihat, atau dikit yang baca, tapi komennya menunjukkan bahwa tulisan itu benar-benar membawa pengaruh baik.
Nah, dari hasil perenungan dan baca tips2 dari kawan-kawan,saya menyimpulkan agar bisa eksis di Multiply:

1. Sering-seringlah sillaturrahim dan SELALU tinggalkan komentar setelah berkunjung.

Nah, jadi saat melihat MP atau postingan yang kira-kira menarik, meski bukan kontak kita, ga apa. Masuk aja. Sapa dan berekspresilah di kotak komentar. Meski komentarnya hanya TFS, JFS, Nice, dll. Tapi yakinlah, pemilik MP itu akan sangat menghargainya. Dan mungkin saja, berikutnya dia akan membalas mengunjungi MP Anda! Meski tentu saja, komentar yang menarik dan lucu biasanya menimbulkan apresiasi yang lebih besar dan dibalas lebih cepat.

2. Sering-seringlah memposting.

Nah, lanjutan dari tadi. Meski banyak yang mengunjungi MP Anda, kalau Anda tidak menulis atau memposting jarang2, nanti teman-teman Anda akan malas mengunjungi MP anda lagi. Saya pernah tidak memposting selama 2 bulan, setelah saya kembali posting, jumlah pengunjung site saya berkurang drastis, dari bisa mencapai 20 orang, seringkali hanya 1 atau 2 saja

3. Add-lah kontak baru dengan mengatakan kata-kata yang lucu, puitis, unik.

Jangan kosongkan kotak pesan saat Anda menginvite seseorang. Kalau bisa, jangan hanya salam, tapi tulis juga, "Assalamu'alaikum, dari dunia kata-kata saya ingin menjadi sahabat Anda di dunia dan akhirat..." Agak lebay sih, tapi itu bisa ampuh sehingga Anda cepat diapprove

4. Tentang Theme nih...

Sedapat mungkin gunakan theme yang tidak terlalu banyak hiasannya, apalagi di kotak isinya. Karena semakin banyak hiasan, orang akan semakin sulit melihat isi blog. Lebih bagus kalau di bagian kotak isinya, polos saja.

5. Tulisan Anda terasa terlalu kecil? Buat lebih besar!

Terkadang, orang merasa sulit membaca tulisan di blog kita yang memang sangat kecil. Karena itu, jadi malas berkunjung. Karenanya, usahakan fontnya seideal mungkin. tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

6. Yang terakhir, tulislah tentang PENGHARGAAN dan KETULUSAN

Dua tema ini adalah tema yang paling disukai orang. Bukan hanya di blog saja, namun dalam media apapun juga. Setiap orang menyukai 2 hal ini. Sebaliknya, isi blog yang negatif, bisa saja mendatangkan banyak pembaca, tapi orang kebanyakan menjadi negatif. Komen yang lahir pun akan memancing perdebatan, itu bukan awal yang baik untuk sebuah persaudaraan kan?

Mungkin, out of the box, saya sadar bahwa tema tentang CINTA dan PERNIKAHAN selalu memancing perhatian paling besar. Tulisan saya di MP dulu yang berjudul "Bahagia Tanpa Menikah" diview 99kali. Meski tidak semua mengkoment, tapi itu adalah jumlah paling besar untuk blognya orang sederhana dan tidak nge-artis seperti saya. Tulisan yang berbau kontroversial juga, seperti yang ini. Cukup memancing banyak minat dan diskusi. Meski saya berusaha tidak memunculkan iklim negatif dengan menulis mengenai hal itu.

Lepas dari apapun, saya ingin eksis di MP karena saya berharap orang lain akan mendapatkan manfaat dari tulisan saya. Tapi sebagai manusia yang tidak selamanya stabil, saya juga memiliki saat-saat "nyampah" di MP. Dan biasanya dalam periode itu, saya akan berusaha untuk tidak mengeksiskan diri. Untuk apa membuat orang membaca sampah? Meski saya cenderung nyampah di blog sebagai upaya saya agar tulisan itu menjadi bahan renungan untuk diri saya sendiri, dan agar tulisan itu bs bertahan lebih lama ketimbang saya menyimpannya dimana-mana dan kemudian hilang.

So, itu hanyalah tips yang saya dapatkan dari baca-baca punya teman dan pengalaman saya sendiri. Semoga bermanfaat

*kalau ada yang ingin menambah, silakan saja

Sederhana, lalu Terbang. Bebas!

Sederhana... Sederhanakan saja persoalan itu!

Buku kesukaan saya adalah How to Simplify Your Life...
Saya suka bahasa yang sederhana, bermimpi memiliki hidup yang sederhana, dan mencoba tampil sesederhana mungkin.

Karena itu, hidup saya selalu berpindah dari belakang panggung yang satu ke belakang panggung yang lain.
Indah, saya menikmatinya.

Kawan, tahukah engkau nikmatnya berada di belakang panggung?
Itu adalah kenikmatan menatap semua aktor dan aktris di atas panggung, dengan begitu dekatnya. Sekaligus bisa mendengar gumam bergairah penonton, lalu tepuk tangan riuh. Tanpa takut tersandung, bermain jelek, mendapatkan cemoohan...

Begitu sederhana,
Begitu tenang...
Sekarang, kesederhanaan itu terusik. Saya harus muncul di depan mata-mata yang menatap, harus menerima tanya, harus menerima pujian....
Sangat rumit,
amat melelahkan...

"Kamu aneh!"
Kenapa?
"Setiap orang suka tampil di depan umum, suka terkenal. Tapi kamu?"
Aku hanya tersenyum, lelah.
Aku orang yang sederhana, aku benci kerumitan!
"Tidak, kamu orang yang rumit, De! Kamu sulit dimengerti!"
Lalu aku memandangnya menjauh.
Beku...

Aku suka kesederhanaan.
Suka, sekali...
***
Betapa sulitnya terbang, jika terus seperti ini.
Bahkan hening pun tidak menjelajahi ruang hampa ini...

Haruskah melepas semua kebahagiaan ini?
Melepas kenikmatan tampil di belakang layar?

Saya teringat kembali masa-masa indah, saat tanpa memikirkan apapun saya akan naik kendaraan umum, pergi ke pusat kota. Lalu menempuh rute wajib: toko buku-Mesjid Baiturrahman-terminal.
Tidak memikirkan apapun.
Tidak ada telepon masuk, atau dentang SMS.

Saya hanya tinggal menyusuri jalan, melihat keunikan manusia, mengitari toko buku selama hampir 2 jam lalu membeli 1-2 buku yang paling menantang intelektualitas saya, berbicara dengan tukang becak,supir, pengemis, orang yang tak dikenal di jalan-jalan, tukang sapu,penunggu kios,... Lalu membeli makanan atau sebotol minuman dan duduk di trotoar sambil mengamati tingkah polah manusia yang lebih lucu dari ulah Aming di Extravaganza, sambil mendengar debat seru hati vs otak. Setelah puas dan lelah, saya akan duduk di dalam mesjid termegah di Banda Aceh, mengitari perpustakaannya, membaca tafsir-tafsir, mencari buku tentang Palestina,membaca buku yang saya bawa, atau sekedar tilawah menanti Ashar.

Mencari jalan-jalan yang panjang sekedar untuk melatih kekuatan otot kaki, berpikir tentang manusia, tersenyum simpul bahkan terbahak melihat atraksi tukang obat, lalu pulang dengan labi-labi setelah sore menjelma dan kaki terlalu pegal. Jika belum pegal, saya akan berjalan kaki, sejauh yang saya bisa untuk melihat begitu banyak hal.

Sendiri saja.

(Bukan, bukan saya orang yang tidak suka berteman. Kawan, cobalah sekali-kali. Kesendirian itu adalah bagian paling menyenangkan dalam hidup).

Saya hanya merasakan kesendirian sebagai teman yang paling tidak mengecewakan, itu saja. Dia tidak berharap, tidak bertanya, tidak menuntut, dan selalu mengerti tentang kebebasan yang saya inginkan.

Pada akhirnya, saya hidup.

Nah, momen indah tadi telah berlalu. Begitu sedikit waktu untuk semuanya, begitu banyak pekerjaan yang menanti.
Begitu banyak yang berubah.
Perjalanan itu, lebih tepatnya menjadi perjalanan spiritual bagi saya.
Sebab saya bisa menyaksikan betapa negeri, tanah yang sangat saya cintai setelah Palestina ini mulai remuk redam ditelan arus kapitalisme.

Menjadi orang di belakang panggung, memudahkan saya menjalani kebebasan sebebas-bebasnya.
Karena, bukankah Islam datang untuk membebaskan manusia?
MAka saya memutuskan mengambil kebebasan ini.

Kini, saya kembali terbelenggu.

Ah, sedih...
Entah kapan saya bisa melakukan perjalanan itu lagi.
Meraih kebebasan yang samar...

Saat saya ingin memposting tulisan ini, tiba-tiba saya terkenang kata-kata ibu saya,
"Kamu itu Nak, kalau kaki kamu tidak ditahan, kamu akan terbang..."

Boleh biarkan aku terbang?

*lagi-lagi, mengenang yang telah berlalu. Tapi saya harus segera melakukan perjalanan itu, sungguh! Atau saya lemparkan saja Hp saya ke laut? Agar tak ada lagi pengingat aktivitas apapun

Minggu, 01 Agustus 2010

Memutukan, Memaafkan, Bebas!

Sejak dia kembali, hidup saya kacau!

Bisa saja saya menyalahkan keadaan seperti itu. Saya menganggap dia adalah penyebab semua pikiran negatif ini keluar, dia sebagai sumber segala hal emosional, dan dia sebagai pihak yang selalu bersalah....

Sekarang, biarkan saya memaafkan dia yg dari masa lalu dan dia yang ada pada saat sekarang. biarkan saya mendedikasikan hidup untuk peradaban dan perbaikan umat, tanpa perlu menyalahkan siapapun dan apapun.

Sampai kapanpun, biarlah saya tidak lagi bcr dengan bahasa negatif.
Biarlah saya tidak lagi bicara dengan bahasa "asing"
Saya ingin bicara dengan bahasa seorang muslim. Cukup bahasa itu saja.... Saya akan menggunakan bahasa seorang muslim untuk memnta maaf dan memaafkan.
Saya ingin bebas seutuhnya dari rasa-rasa negatif yang mengurung dan mengukung ini.

Memaafkan rupanya lebih indah.
Dan merunduk juga tidak salah.
Sekaranglah saatnya, sebelum semua keberanian ini hilang....

*untuk seorang teman yang telah "menjitak2" kepalaku dari pagi. Tahukah engkau bahwa bicara denganmu tadi membuatku tidak hanya ingin merunduk dan meminta maaf pada satu orang, tapi juga pada orng lain yang lbh jauh? Terima kasih telah memberiku keberanian. Dan aku harus bergerak sebelum keberanian ini hilang.