Jumat, 09 Oktober 2009

Live in the Bubble

Pernah dengar film Bubble Boy? Filmnya memang udah jadul,udah lama banget.berhubung aku orangnya rada gaptek untuk urusan film dan musik,jadi baru-baru ini juga nontonnya.

Film ini mengisahkan tentang seorang anak yang lahir tanpa imunitas tubuh sama sekali.dengan kata lain, kuman sekecil apapun dapat membunuhnya dalam sekejap. oleh orang tuanya, untuk menyelamatkan anak mereka,jadilah bayi laki2 itu diisolasi dalam sebuah tempat plastik steril yang bebas kuman, dan menjalani hari-harinya dengan proses sesteril mgk.baik dari makanan, perkakas, baju, dll.Usaha orang tuanya berhasil, bayi tanpa imunitas itu tumbuh besar dalam ruang isolasinya sebagai remaja kurus yg tidak pernah melihat dunia luar selain dari TV yang ada di kamarnya.tapi setidaknya, dia hidup.

masalah lalu timbul saat cowok ini mulai jatuh cinta pada gadis tetangganya, dan sadar bahwa dia gak bakal bisa mendapat gadis ini (gimana mau dapat,bahkan untuk menyentuh aja gak bisa?). tapi cowok non antibodi ini tidak menyerah, sehingga ketika dia dengar bahwa gadis itu akan menikah, dia mati2an merancang sebuah baju steril (seperti baju astronot tapi bentuk balon), dan pergi ke tempat pernikahan. And the last...mgk bisa ditonton sendiri.

Ketika melihat film ini,seperti melihat sebuah realita yang aneh.

Tahu Cedric? bocah ini adalah bubble boy dalam kehidupan nyata.tulang sumsum belakangnya dimatikan dengan radiasi, hingga seluruh sistem imun tubuhnya hilang. dan dia tinggal dalam ruangan gelembung, terisolasi dari dunia penuh kuman hingga mendapat donor sumsum kelak, mgk suatu hari di masa depan.

Melihat dua fakta berbeda dalam dunia yang berbeda menjadikan aku �memikirkan satu hal, imune it, not sterilize it.tidak ada kehidupan yang benar-benar 'hidup', jika hanya terpaku pada upaya mensterilisasikan segala sesuatu. mengapa? karena upaya sterilisasi hanya menciptakan tembok-tembok pengukung seperti penjara plastik di sekitar manusia, dan akhirnya ketika tembok itu berlubang dan invasi kuman terjadi, it's the end of all.

Saat orang tua mengingnkan anaknya baik, mgk sebagian besar di antara mereka akan menutup pintu akses ke arah keburukan: melarang si anak pulang malam, melarang nonton film dewasa, melarang membuka internet (karena takut si anak mengakses situs porno), dll.Tapi semua pelarangan itu bukan menjadi sistem imun, melainkan sterilisasi.si anak akan steril, tapi tak terimunisasi.ketika semua tembok itu jebol, saat dia harus indekos di luar kota misalnya,maka dia akan keluar malam, nonton film2 dewasa, membuka situs2 porno.Kenapa? ya, karena dia sekarang telah terinfeksi, karena dia tidak pernah memiliki imun, hny pengukung.

Lalu jika ada imun? Dia, seorang teman membuatku mengerti ttng imun, "Aku tidak melakukan itu,bukan karena tidak mampu de. tapi karena aku tahu bahwa itu dosa.Ya,dosa,sesederhana itu. tidak perlu alasan yang rumit."

Aku tercengang waktu dia menjawab pertanyaan bodohku: mengapa tidak pacaran? karena aku melihat dia hanya dari suatu segi, dimana dia adalah bagian dari komunitas remaja yang lekat dengan istilah TTM, HTS, dll (tau g maksdnya?). bagi dia,seharusnya mudah saja untuk pacaran. itu yang terlihat oleh sebagian besar orang. dan kesendiriannya mengusik tanya;kenapa? toh hampir semua orang melakukannya!

Tap dia tidak. karena dia mengerti apa itu dosa, memahami dengan pemahaman yang menyeluruh, dan tidak akan berkata,"Dosa gak bejendol!"�

Karena dia telah terimunisasi, tidak tersterilisasi. Dia mampu melawan invasi kuman itu dengan imunitasnya,tanpa perlu binasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar