Rabu, 28 Juli 2010

Kawan, Dengarkan Aku Sejenak

Ah, hari yang hingar bingar telah berlalu. Saat keegoisan masih diterima, saat malas bukan masalah, saat jatuh cinta menjadi gosip seru hingga pagi, juga saat tiap cowok dibandingkan satu sama lain.

Tapi kawan, cinta dan cita hari ini tidak sama lagi.
Bicara tentang cinta, engkau tahu berapa angka hamil di luar nikah saat ini? Tahukah engkau banyak gadis kehilangan keperawanannya di malam tahun baru, juga di malam Valentine?
Tahukah engkau bahwa adegan seks bisa engkau temukan di komik-komik Jepang biasa?
Ah kawan, cinta sekarang bukan lagi cinta seperti jaman SMA kita dulu. Saat sekedar menyukai cowok imut itu, cowok cool itu, cowok kutilang itu... Cinta sekarang bukan lagi cinta polos macam itu, cinta sekarang penuh berlumur nafsu, bersama kebutuhan biologis yang belum matang produksi industri kapitalistik media (ah, bahasaku masih berantakan. Perbaikilah, kawan).

Malas bukan lagi budaya. Kawan, aku menemukan banyak efek dari kemalasan. Di tanah rencong kita ini, para kaum Adam berjejalan di warung kopi dari pagi hingga sore. Tahukah engkau? Mereka menyeruput bergelas-gelas kopi dan 2 pak rokok dari pagi hingga malam. Semuanya menjelma menjadi kesemrawutan. Otak tidak berjalan, otot apalagi. Terakhir menghirup ganja dan menghabiskan usia 40 ke atas di bangsal RSJ. Itu fakta, kawan! Kutemukan dalam lawatanku ke RSJ. Ah, muda-muda sekali orang di sana. Bahkan ada yang sebaya engkau. Mereka makan 100 ton pertahun, tapi semua hanya jadi kotoran belaka. Feses bahasa ilmiahnya. Ah, kasarkah aku kawan? Tidak, aku hanya mencoba menerangkan kepadamu bahwa sia-sia saja mereka memiliki otak dengan 100 milyar sel neuron itu. Bolehlah mereka serahkan kepada kita, mungkin bisa kita gunakan untuk membantu KPK menelanjangi para koruptor itu. Semua berawal dari kemalasan. Malas bekerja, petantang petenteng setelah minum kopi dan merokok...

Lihat kawan! Mereka bilang mereka keturunan Teuku Umar! Mereka bilang mereka lelaki Aceh!
Mari kita tertawa! Hahahaaha (Tapi aku tidak merasa itu lucu).

Egois?
Kawan, itu dulu sikap kita kan? Tidak bisa kusangkal. Kita yang ingin merdeka dari orangtua yang terasa terlalu mengekang. Kita yang ingin bebas dari sistem pendidikan hipokrit, kita yang ingin menjelajah Samudera Artik. Kita egois! Tak ingat orangtua bersimbah peluh mencari nafkah. Bahkan mungkin mencuri uang negara, mengambil uang pelicin demi memasukkan sejengkal ilmu ke otak bebal kita (ilmu atau ijazah?), lalu dengan semena-mena kita kabur dari sekolah! Kita bolos kawan! Ingat tidak?

Ah kawan, egois itu bukan milik kita saja. Engkau tahu bahwa ada 267 sekolah di Indonesia yang siswanya tidak lulus UAN 100%? Ah, rupanya mereka juga egois, sama seperti kita dulu. Ada yang ke sekolah membawa BB, iPhone, iPin, uPin... memakai Sneakers, Crocs,... membawa Honda Jazz, menenteng Acer, Sony, Hp, Axioo... Lalu tidak lulus juga, kebanyakan pacaran, kebanyakan tawuran. Buku disimpan di dalam tas. Bu guru bilang, tidak apa-apa. Nanti waktu UAN dibantu kok sama bu guru. Kunci jawabannya dibacain.

Lho?
Kacau!

Itu dia generasi egois!
Generasi pemakan uang haram, sampah-sampah peradaban.

Ah, kawan.
Suratku ini terlalu panjang tidak?
Apa?
Kau bilang aku hanya menghujat orang lain?
Kawan, kau salah.
Siapa bilang kita bukan bagian dari generasi malas, egois, dan rusak itu?

*Banda Aceh, 28 Juli 2010-Saat insomnia mendadak akrab

2 komentar:

  1. Ya.. dan aku belum lagi menyelesaikan kuliahku. Bukan, bukan karena aku merokok, suka nongkrong di warung kopi atau sibuk bawa pacar ke sana sini tapi karena aku belum ingin menyelesaikan kuliahku.

    Aneh? Kacau? whatsoever :D

    *komen yang aneh :D

    BalasHapus
  2. hihi,..bundooooooooooooooooooooooooooo...
    komenmu membwt daku guling2 kegelian:D

    BalasHapus