"Pak, mengapa Bapak tidak melaut?"
"Saya sudah melaut semalam dan saya perlu beristirahat. "
"Kalau Bapak melaut lagi, Bapak akan menghasilkan banyak ikan."
"Lalu?"
"Bapak bisa mengumpulkan uang untuk membeli sebuah perahu."
"Lalu?"
"Dengan perahu itu, Bapak tidak perlu lagi menyetorkan sebagian keuntungan Bapak kepada pemilik perahu."
"Lalu?"
"Bapak bisa mengumpulkan lebih banyak uang untuk membeli perahu kedua."
"Lalu?"
"Dengan dua perahu, Bapak bisa menghasilkan lebih banyak uang dan membeli perahu ketiga, perahu keempat, perahu kelima, dan seterusnya."
"Lalu?"
"Jika perahu Bapak sudah banyak, Bapak bisa menyewakannya pada nelayan lain, sehingga Bapak tidak perlu lagi melaut."
"Lalu?"
"Bapak bisa hidup senang dan bersantai."
Nelayan itu tersenyum dan berkata, "Menurut Bapak, apa yang sedang saya lakukan sekarang?"
Tulisan tersebut diakhiri dengan penyampaian hikmah bahwa kita perlu berhenti sejenak dari kerja keras dan rutinitas. Namun saya tertarik dengan hal lain pada cerita itu, kesederhanaan dan kepuasan dalam mencapai tujuan bekerja.
Bagi saya,itu berarti bahwa tidak semua orang mampu melihat bahwa terkadang tujuan itu dekat. Banyak orang memutuskan tujuan yang tidak pasti, sehingga sebelum sampai ke tujuan, waktunya telah habis.
Bagaimana jika nelayan itu memilih mengikuti saran itu? Dia akan kehilangan seluruh waktunya untuk sekedar santai beristirahat di bawah pohon. Dan mungkin dia tidak akan pernah punya waktu istirahat meski dia telah menjadi milyader. Sebab nafsu manusia yang tidak pernah puas akan menjadikan diri kita selalu ingin lebih...lebih...
Dan pada akhirnya, tanyakan kembali: apa tujuan kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar