Bagiku, cinta itu absurd...
Begitu mudah diucapkan,juga begitu mudah dilupakan...
Seperti dia, sahabat yang datang dari hujan. Aku juga mencintainya seperti perasaan saat membersamai hujan. Begitu damai, begitu tenang, begitu bahagia. Tidak peduli hujan itu begitu lebatnya, dipenuhi gemuruh, kilat menyambar-nyambar, air tumpah ruah menggenangi jalan...
Bahagia...
Tapi, mengapa ia harus pergi dan tertinggal?
Tinggal bersama orang-orang yang duduk.
Tinggal bersama semua keluhan dan ketidakpuasannya akan hidup.
Saat melihatnya. Selalu, setiap titik aku melihatnya, aku berharap hujan kembali turun lagi. Karena aku ingat saat hujan turun rintik, dan jalan masih basah dengan aroma gerimis yang memikat hati, jam 2 malam. Di Ramadhan.
Saat itu kita kabur dari pesantren tempat training. Ingatkah kau? Kita mengendap-ngendap, melompati parit dalam keremangan malam menjelang Subuh, mencari perlindungan di tempat lain. Aku menyusuri jalan dengan cemas, takut akan pandangan-pandangan liar saat itu. Sedang kau malah berjalan dengan tenangnya. Aku kesal! tapi aku mencintaimu, sahabat...
Dan ratusan kenangan lain melintas...
Saat kita menjenguk Nina yang sakit, hingga jam 8 malam. Saat kita menyusuri jalan di tengah hujan deras untuk kembali ke sekolah. Saat kita kelaparan karena telat makan malam setelah saling menasihati di mushalla sekolah. Saat kita marah dengan sesosok cowok nyebelin yang melarang kita mengaji selepas shalat maghrib. Saat kita begitu membenci sekolah. Saat kau pergi dan aku mengejarmu...
Ingatkah kau sahabat?
Masihkah kau mengingatnya sejelas aku mengingatnya?
Seolah baru kemarin saat aku mengenalmu. Saat aku yang pendiam dan tertutup ini mempercayakan semua rahasiaku padamu. Seolah itu baru terjadi...
Engkau ingat? kita pernah bicara tentang Palestina, menghujat Israel bersama. Kita ingin menjadi relawan di Palestina. Saat itu, aku bicara tentang ingin hidup tanpa pernikahan selamanya agar bisa menjadi mujahidah sejati. Sedang kau bicara tentang suami yang bisa menyertai jalan jihadmu. Ingatkah kau???
Sahabat,,,
maafkan aku yang konservatif dan egois ini
aku amat sangat mencintaimu
tapi aku memilih jalan ini tanpa mengajakmu
sebab aku takut, takut menginjakkan kaki di dunia yang asing ini tanpaNya
Aku berharap engkau ingat tentang kita
tentang perjuangan, tentang idealisme, dan tentang hidup yang kita impikan itu
ataukah, sekedar seorang laki-laki yang datang dari kabut mampu menggantikan semuanya???
Sungguh, aku juga terluka. Sangat terluka. Bahkan di tengah rasa tidak peduli yang kutunjukkan, aku tidak pernah mampu melupakanmu. Aku sangat amat mencintaimu. Aku ingin berjalan bersamamu di dunia.
Juga membersamaimu di akhirat nanti.
Kembalilah sahabat,,,
aku sangat merindukanmu...
Kita, dua mujahidah sejati.
Dua daiyah
Dua ummuhat harapan umat
Dua calon bidadari syurga
Amiin...
*Saat amat merindukannya...
"Sahabat, taukah kau? jalan ini, begitu sepi disini tanpa kehadiranmu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar