Kamis, 04 November 2010

(Resensi) The Boy in The Striped Pyjamas

Judul: The Boy in The Striped Pyjamas
Pengarang: John Boyne
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 233 halaman

Saat pertama kali melihat profil buku ini di halamanmoeka.com, saya sama sekali tidak punya bayangan tentang apa buku ini berkisah. Jika Anda menjadi saya dan membaca kalimat seperti ini, “Kisah tentang Anak Lelaki Berpiama Garis-Garis ini sulit sekali digambarkan.biasanya kami memberikan ringkasan cerita di sampul belakang buku, tapi untuk kisah yang satu ini sengaja tidak diberikan ringkasan cerita, supaya tidak merusak keseluruhannya. Lebih baik Anda langsung saja membaca, tanpa mengetahui apa kisah ini sebenarnya.”

Kalimat ini memancing perhatian saya. penuh rasa penasaran, saya segera saja menghubungi mbak Retnadi via PM Multiply untuk memesan buku ini. Tidak sampai seminggu, buku ini telah sampai ke tangan saya.

Benar, saat memegangnya saya tidak memiliki gambaran apapun. Sampul bukunya hanya berisi judul, John Boyne si pengarang, dan bercorak garis-garis. Sampul buku ini suram, dan saya tidak punya tedensi apapun tentang buku ini.

Saat membaca bab I, saya masih linglung memasuki buku ini. Buku ini berkisah memang tentang Bruno,sebagaimana yang telah dikatakannya di bagian belakang. Seorang bocah laki-laki yang mendadak disusahkan saat mereka harus pindah dari rumah mereka yang luas, mewah dengan pelayan-pelayan yang banyak, dan berlantai lima.

Lalu cerita bergulir, masih tentang dunia dari sudut pandang Bruno. Tentang rasa kesalnya pada kakak perempuannya, Gretel yang menyebalkan, Maria si pelayan yang selalu ketakutan, suasana yang muram di rumah baru, hingga sampai ke sekelompok orang.

Ya, sekelompok orang dengan wajah sedih, berjumlah ratusan. Dan semuanya memakai piyama garis-garis.

Siapa mereka?

Maka Bruno yang penjelajah berjalan menemui mereka, hingga ia bertemu sebuah pagar. Pagar yang tegak berdiri disana dan mempertemukannya dengan sebuah nama, Shmuel. Sebuah nama yang aneh, dengan sikap yang aneh, dan wajah yang sedih.
Disini, akhirnya saya mengerti tentang apa buku ini berkisah.

Sampai disini saja cerita saya.

Semua bagiannya, hingga endingnya membuat kita tercekam. Awalnya penuh teka-teki. karena cerita ini benar-benar ditulis dari sudut pandang Bruno yang dibawah 12 tahun. Benar-benar polos.

Membaca cerita ini, kita tercekam dengan rasa penasaran, dan perlahan-lahan, rasa itu akan menjadi rasa ngeri. Dan berakhir dengan tragis, sedih. Setidaknya itu yang saya rasakan. Karena semua berujung menjadi PENYESALAN.

Sebagai bocoran, saya ingin semua memahami bahwa buku ini bercerita tentang nilai terdasar pada diri manusia, sekaligus kejahatan terkelam pada jiwa. Maka tidak ada apresiasi yang ingin saya berikan pada penulisnya kecuali duduk diam dan berhenti. Selama 20 menit setelah menutup buku ini. Karena kita tidak ingin membiarkan pemahaman ini berlalu. Lepaskan semua tedensi dan pahamilah nilai terdalam dari cerita ini, meski mungkin Anda punya sudut pandang yang berbeda:)

Sebagai penutup, marilah kita dengar kulit sampul belakang berkata,

“Dan cepat atau lambat, Anda akan tiba di sebuah pagar, bersama Bruno. Pagar seperti ini ada di seluruh dunia. Semoga Anda tidak akan pernah terpaksa dihadapkan pada pagar ini di dalam hidup Anda.”

*FYI, rupanya buku ini telah dibuat film dan disutradarai oleh Mark Herman. Sila nonton filmnya jika benar-benar tertarik:)

7 komentar:

  1. Hmmm,,,kayaknya bagus bukunya. Bole tau dimana bisa belinya...

    BalasHapus
  2. pinjam ustadzah....

    BalasHapus
  3. @ansari: wah, saya belinya lwt toko buku online. Di www.halamanmoeka.com
    sila berkunjung ke sana kalau mau coba membeli:)

    @pak ibnu: maaf ustadz, sdh saya ttpkan utk diberikan pd sahabat saya

    BalasHapus
  4. saya punya VCD bajakannya. sengaja saya cari setelah melihat komen di Twitt Faiz tentang film itu. Sayangnya, nasib VCD bajakan. Tak bisa dputar T_T

    BalasHapus
  5. saya da film itu, dalam bentuk DVD-RIP, hasil download dari internet

    BalasHapus