Jumat, 28 November 2008

Akan Pergi bersama Hujan

Hujan, rasa apakah yang larut dalam tiap nadanya?

Keindahan... 

Sedikit sunyi, mungkin juga hening, tapi satu kata mewakili segalanya

Bening...

Adakah rasa besinya darah

Dan asinnya air laut yang menghitam di ujung kota, saat bening menerpa?

Juga suara senapan yang mengiringi tidur anak-anak di masa silam, mungkin di masa depan belum sirna

Saat-saat indah itu mengatakan bahwa Tuhan belum tidur di bumi Aceh

Juga dimanapun ada udara bergerak

Di langit, di bumi, tak terbatas

Aku tahu bahwa Ia mendengar semua jeritan dan cabikan luka

Dan Ia, akan selalu hidup dalam tiap hujan yang berlalu

*Puisi ini dibuat untuk mengenang (hampir) 4 tahun tsunami, dan 3 tahun perjanjian damai.

Aceh telah (hampir) damai, moga untuk selamanya. 

1 komentar: