Minggu, 20 Juli 2008

5 pespektif Manusia, Oleh tentor bahasa Inggris

Suatu hari, aku dan Ririn, teman kecilku duduk di suatu tempat.

"Perspektif itu, dibagi 5." tuturnya memulai kuliah. Dengan terpukau, aku duduk mendengarkan.

"Yang pertama Biological perspektif. Artinya tuh asumsi mengenai psikologi manusia dari segi metabolismenya sebagai makhluk hidup. Mulai dari hormon yang dikeluarkan, cara kerja saraf-saraf, dan lain-lain." 

aku masih bergeming mendengar penjelasan siswa lulusan Meulborne (benar gak ejaannya?) ini.

"Yang kedua Kognitif perspektif. Asumsinya adalah manusia memiliki memori. Dan Itu dimulai dari suatu stimulan, lalu dengan adanya attention, maka...bla bla bla."

Hemm... aku manggut-manggut. Paham nih ceritanya...

"Yang ketiga Learning perspektif."

"Maksudnya rin?" Kejarku sambil menanti ia meneguk jusnya.

"Ibaratnya tuh, kita itu terbentuk dari apa yang kita pelajari. suatu yang sudah kita pelajari dari lama, membentuk psikologis kita. Disini ada peran reward dalam pembentukan pola."

"Misalnya anjing. Jika dalam seminggu ia diberi makan setelah membunyikan bel, maka selanjutnya si anjing akan mengasosiasikan bel dengan makanan. akibatnya ia akan menunjukkan reaksi psikologis yang berhubungan dengan makanan saat mendengarkan bel. walaupun makanannya gak ada."

Ririn berhenti sejenak. Menggigit burgernya. Setelah menelan, ia melanjutkan,

"Berikutnya adalah humanistic perspektif."

"Manusia." Sambungku cepat.

"YAp, maksudnya adalah setiap manusia memiliki free will. alias tanpa alasan. Semua yang dilakukannya tidak punya alasan. Hanya pilihannya sendiri."

Aku manggut-manggut lagi sampai kepalaku pusing. Wah, hebatnya penjelasan temanku ini.

"Yang terakhir Freud. Hmm... apa ya istilahnya?"

"Psychoanalisys." Aku menyahut asal-asalan. Agak kaget saat ia mengiyakan.

"Benar. Hanya istilahnya gak tepat gitu sih. Yang jelas, ia mengatakan bahwa psikologi manusia itu dibentuk di alam bawah sadar."

"Seperti anak yang mencintai ibunya?" Aku teringat kutipan tulisan Freud yang pernah kubaca. Ririn mengangguk, "Ya, semacam itulah. Oedipus juga termasuk contohnya."

Setelah itu perbincangan berlangsung singkat, dan kami pulang.

@@@

Hari itu banyak yang kudapatkan. Begitu banyak malah hingga aku tidak begitu mampu mencerna semuanya. STM (short time memory), LTM (long time memory), memori indra... sedikit banyak dari itu yang kuingat.

Suatu stimulan akan menghasilkan STM, lalu jika terus menerus diencodingkan, maka memori itu akan menetap dalam jangka panjang (LTM)

Satu kalimat itu terngiang-ngian terus di kepalaku. Encoding itu, dijelaskan oleh ririn, dapat berupa gambar, suara, atau bahkan imajinasi.

Apakah itu menjelaskan kepadaku mengenai banyak hal?

Mungkin, yang jelas aku teringat untuk tidak bermain-main dengan perasaan, imajinasi, dan pandangan.

Suatu memori yang terus mengalami pengulangan, akan menjadi prioritas dan menyingkirkan hal-hal lain.

Ucapannya memantul-mantul dalam memori indraku.

Bagaimana jika hal sia-sia yang lebih banyak diencoding? Seperti keinginanku terhadap foto "seseorang" yang digagalkan Allah. Bagaimana jika itu tidak gagal?

I think...

Sabtu, 12 Juli 2008

Kiri Itu Seksi!!!

Dulu, di suatu waktu di masa lalu, aku pernah berpikir.

Juga bercita-cita. Juga bertanya.

Pertanyaan khas Karl Marx dan kawan-kawan, "Mengapa di dunia ini ada orang kaya dan orang miskin? mengapa orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin?"

Semua terus saja kutanyakan, berulang-ulang. Dalam akalku yang dangkal, tiap orang mestinya punya takdir yang berdekatan. Terutama dalam masalah ekonomi. Ketidakadilan banyak menimpa orang yang tidak punya cukup uang. Sedang orang yang hidup dalam kelimpahan harta biasanya lebih terlindung.

Aku benci melihat deretan pengungsi Ethiopia, barisan buruh yang hanya dibayar 2ribu per hari dengan sistem kerja yang sangat berat, dan anak-anak busung lapar yang menyendok sisa-sisa sagu yang dicairkan. Bagiku dunia seharusnya tidak seperti itu.

Pertanyaan dan semua cita-citaku ini menuntunku lebih jauh pada satu titik: paham sosialis komunis.

Jika kuingat kembali masa itu, aku yang hanya seorang kutu buku pernah punya obsesi tinggi untuk merubah dunia. Obsesi yang hampir menjauhkanku dari akhirat dan menjadikanku murid Che Guavera: "Kiri itu Seksi!"

Well... setidaknya aku selamat.

Mau tahu ceritanya? Hmm... mungkin lain kali.

Rabu, 09 Juli 2008

Cuap-cuap Mahasiswa FK (Fakutas Kehidupan)

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah... setelah sekian lam (seminggu???) gak nulis di blog, akhirnya bisa welcome back juga. 

Bukan sibuk sih. cuma akhir2 ni aku ingin konsentrasi lebih ke OSCE, akhirnya setelah melalui kengerian dalam ruangan berkubang darah dan kamar urin, aku bisa menghirup nafas dengan lebih lega.

Yang mengiriskan, saat aku melihat dunia luar setelah sekian lama terpuruk dalam lilitan bandage, sarung tangan karet, alkohol, darah, dan buku-buku, daku melihat dunia ini tidak menjadi lebih baik.

Dunia masih saja dipenuhi kemiskinan, kezaliman, penggusuran, keangkuhan kapitalis... Lalu saat aku melihat "istana kapitalis" simpang lima banda aceh, berpadu kontras dengan tramtib yang sibuk mengusur warung-warung di pinggira jalan, aku teringat sebuah kalimat.

"Jika pemimpin telah zalim, maka keberkahan akan hilang dari negeri itu."

Aku merinding. menutup mata. Padahal hari ini bukan tanggal 26 Desember, tapi bumi Aceh seolah masih gempa.

Rabu, 02 Juli 2008

Islam belum KALAH!!!

Islam sudah kalah?
Belum.
Di Belanda misalnya, dengan adanya film Fitna, maka opini dunia menegaskan kebencian Belanda terhadap Islam.
Padahal, faktanya tidak demikian. Film itu dapat dikatakan tidak mewakili siapapun, kelompok manapun, dan ras apapun. Film itu hanya mewakili satu orang, yah katakanlah si pembuatnya.
Info lebih lanjut dapat dilihat di sini: http://www.dakwatuna.com/2008/di-eropa-al-quran-paling-laris/

Yah, setidaknya hal ini cukup melegakan. Kita belum kalah! yah, ditengah badai kepesimisan akan nasib Islam, mungkin terkadang kita lupa. Bahwa Islam bukan ciptaan manusia, dan bukan manusia yang menjaganya. Mungkin kita harus mengenang sesosok manusia dari tanah Arab, yang ketika Ka'bah akan diserang oleh puluhan gajah, ia malah apatis dan sibuk dengan harta kekayaannya sendiri. Saat ditanya, ia hanya menjawab, "Allah yang akan menjaganya..."

Islam tidak akan kalah, pasti...